Mengapa dia berharap kepada selain Aku ketika dirinya sedang berada dalam kesulitan?
Padahal sesungguhnya kesulitan itu berada di tangan-Ku dan hanya Aku yang dapat menyingkirkannya.
Mengapa dia berharap kepada selain Aku dengan mengetuk pintu-pintu lain padahal pintu-pintu itu tertutup?
Padahal, hanya pintu-Ku yang terbuka bagi siapa pun yang berdoa memohon pertolongan dari-Ku…
(Hadis Qudsi)
Ya, selama ini sayalah yang salah menempatkan rasa percaya ini. Tidak seharusnya saya melupakan-Nya sebagai tempat bergantung satu-satunya. Selalu saja aku lupa betapa besarnya kekuatan do’a, di kala saya menikmati perbincangan dengan Tuhan. Tuhanku yang Maha Esa. Baru sadar, yang harusnya jadi tujuan saya adalah Dia. Lihatlah betapa Maha Sempurna-nya Tuhan, Dia berperan lebih dari sekedar pengasuh, pendidik, tabib, atau kekasih. Semua kedudukan impian ada pada-Nya.
Saya bertekad ingin mendapatkan kebahagiaan sejati, yang hanya dapat diraih dengan kepatuhan murni kepada Tuhan. Esok adalah hari baru. Perubahan adalah pasti dan wajib dilakukan. Moral harus diperbaharui agar semakin dewasa. Pemahaman akan eksistensi-Nya harus semakin tajam agar yang dapat terlihat oleh mata hanyalah kasih sayang-Nya. Tidak bisa hanya sekedar kata-kata atau buah pikiran semata. Trial and error. Tapi itulah salah satu inti kehidupan, latihan. Saya yakin, Tuhan tidak akan membiarkan saya berjuang sendirian. Inilah asumsi yang harus kutanamkan dalam-dalam dalam hati dan pikiran, bahwa semua terjadi atas kehendak-Nya. Jika Dia menolongmu, maka tidak akan ada yang mampu mencelakakanmu. Bukankah Tuhan berkata seperti itu?
Murnikan pikiran dari berharap pada selain-Nya.