Say ‘No’ To ‘Marah-marah’

Momentumnya pas. Saat imej agama dirusak karena penganutnya masih banyak yang menyebarkan kebencian dan menunjukkan ketidakramahan, orang-orang LGBT bisa punya alasan/pembenaran untuk keluar dari peraturan agama karena tidak suka dengan perlakuan keras dari orang-orang yang katanya beragama. Ibarat promosi barang, yang mempromosikan barangnya harus menggunakan bahasa yang lembut, bukan dengan bahasa kasar. Jadi, kalau ingin membuat orang-orang LGBT mau menuruti doktrin agama yang kita sebarkan, coba lakukan dengan lembut.
Cuma pendapat pribadi. Bukan berarti saya mendukung LGBT. Tentu saya sendiri tidak setuju dengan LGBT. Namun itu tidak akan membuat saya menjauhi atau mencaci-maki mereka yang termasuk dalam kategori ini. Mengapa? Keras itu lawannya lembut. Buruk itu lawannya baik. Sesuatu yang buruk harus diimbangi dengan hal baik, bukan dengan hal buruk lagi. Sama seperti saat kita memiliki masalah, mencaci maki tidak menyelesaikan apa-apa, bukan? Lebih baik berpikir keras apa yang harus dibenahi. Memang ini tidak mudah. Mengapa? Karena sedari kecil kita telah dicontohkan untuk marah saat ada masalah. Jujur sajalah dengan diri sendiri.
Saya termasuk orang yang mempercayai bahwa antara satu manusia dengan yang lainnya itu saling berhubungan. Maka jika ada yang salah dalam sistem, tidak bisa hanya satu pihak saja yang disalahkan, tetapi semuanya. Mengapa? Karena kita manusia-lah yang membangun sistem kehidupan ini sebenarnya. Secara tidak langsung kita membangun semua ini bersama-sama. Jangan terburu skeptis atau sinis hanya karena kita tidak mengenal banyak orang di sekitar kita. Ibarat saya membuang sampah sembarangan maka yang mendapat efeknya ya Anda semua. Efeknya seperti petasan Cina kali ya (atau apapun namanya), sambung-menyambung.
Nah, kembali ke topik LGBT ini. Saya selalu mengajukan banyak pertanyaan, misalnya mengapa LGBT ini bisa ada? Apa yang menyebabkan seseorang mengalami perubahan orientasi seksual? Jangan langsung menilai ini godaan setan ya. Absurd. Selama mata masih belum bisa melihat dunia gaib, lebih baik gunakan yang terlihat dulu. Kalau saya mencoba memandang ini sebagai penyimpangan dan bersifat seksual, apa mungkin sudah ada kelainan pada sistem hormonalnya? Atau mungkin ada kelainan pada DNA-nya? Jika benar, apa yang menyebabkan kelainan hormonal dan DNA? Dari faktor makanan-kah, lingkungan-kah, udara-kah, atau faktor lainnya?

Saya juga belum menemukan jawaban yang pasti. Tapi saya yakin dengan cara berpikir seperti ini peluang saya untuk membuang energi saya melalui emosi menjadi sangat berkurang. Intinya, marah-marah ke orang yang dianggap bersalah tidak membuat orang tersebut maju ke arah yang lebih baik ‘lho. Orang yang dimarahi terlanjur menjauh (kalau bebal) atau jatuh mentalnya, lalu selanjutnya kita tidak bisa apa-apa. Kalau kita mengerti ini menyangkut persoalan mental juga, maka kita tahu bahwa penanganan kaum ini tidak mudah dan kita tidak akan melakukan hal-hal yang mempersulit jalan perubahan mereka.

Death

One thing that I still remember is the saying of our Prophet Muhammad, that we should spend some time to visit the deceased ones. I mean, we visit their graveyard and pray for them. Our Prophet said that the deceased ones are really happy to be visited by us, the living ones. But… nowadays, where do we go? Mall? Cafe?

Yes, we spend much time to seek our sustenance/rizq and knowledge. It’s obligatory upon us to seek for sustenance and knowledge. But, does it seem to be selfish, to only enrich ourselves and forget to rejoice the others? Neil Degrasse Tyson ever said, “Curious that we spend more time congratulating people who have succeeded that encouraging people who have not.

People in their graveyard, they’re confused and frightened whether they will be punished or not. If only the veil in our hearing is opened, we would have listened their lamentation there. Perhaps, it feels like there’s no joy in visiting the deceased/dead ones, but if we’re dead and feel lonely, would it be so good to be visited ? How valuable our prayer is for them, while we often underestimate the power of prayer itself.

Then I still question, what’s the thing that we really need in this world? What’s the thing that we have to find? Game? Entertainment? Love?

When you’re in a problem, at least you can get three things:
– people who laugh to see your downfall
– (a few) people who back you up with their real actions, or
– God, who always wants you to level up (because God loves you, indeed)

Then, you choose who you rely on.

Impian Merasakan Segarnya Hamparan Hijau Pagaralam

Berawal dari melihat foto yang diunggah oleh teman saya di Facebook yang menggambarkan pemandangan kebun teh di Pagaralam, saya menjadi sangat penasaran dengan kota yang satu ini. Bagaimana tidak, saya berasal dari kota Palembang, Sumatera Selatan, tetapi baru saja mengetahui bahwa kebun teh tidak hanya terdapat di tanah Sunda, namun juga terdapat di tanah Sumatera. Lebih mengherankan lagi kebun teh itu berada di provinsi tempat saya berasal sendiri.

Awalnya, saya tidak begitu percaya dengan adanya gambar pemandangan itu. Lalu saya pun meluangkan sedikit waktu saya untuk menelusuri gambar-gambar mengenai kota Pagaralam di internet. Benar saja, gambar-gambar hamparan hijau kota itu menyebar di hasil pencarian saya. Berikut salah satu gambar yang saya dapatkan dari internet mengenai Pagaralam.

Kebun Teh di Pagaralam Sumber: www.pictures.mymapsof.com

Kebun Teh di Pagaralam
Sumber: http://www.pictures.mymapsof.com

Sebagai pecinta kebun teh, tentu saya sangat senang dengan penelusuran saya ini. Ini menjadi hal yang begitu penting karena saya akhirnya mengetahui bahwa banyak sekali hal yang bisa saya banggakan mengenai provinsi Sumatera Selatan yang saya cintai ini. Selain itu, saya dari dulu lebih banyak mengetahui bahwa pulau Sumatera itu lebih banyak dipenuhi dengan hutan sehingga saya mengira tidak ada dataran tinggi di pulau ini. Akhirnya saya memutuskan untuk menjadikan kota Pagaralam sebagai kota tujuan wisata impian saya nantinya.

Menurut situs web pemerintah kota Pagaralam, kota ini berjarak 298 km dari kota Palembang serta berjarak 60 km dari Kabupaten Lahat. Kota Pagaralam memiliki luas daerah sebesar 633, 66 km2. Sebelumnya, kota Pagaralam termasuk ke dalam lingkungan administratif Kabupaten Lahat. Namun akhirnya kota memisahkan diri dan berubah menjadi kota mandiri. Dari sisi kondisi iklim, suhu kota Pagaralam berkisar antara 19-30 derajat Celcius. Iklimnya cukup segar karena kota Pagaralam berada di area pegunungan Bukit Barisan dan sangat dekat jaraknya dengan Gunung Dempo, gunung yang menjadi ciri khas provinsi Sumatera Selatan.

Karena terletak di areal pegunungan, sangat wajar jika akhirnya terdapat hamparan luas kebun teh di kota Pagaralam ini. Kebun teh dengan luas sekitar 1,478 hektar ini merupakan milik PTPN VII dan nantinya teh-teh ini akan diolah di Pabrik Dempo. Teh-teh yang dihasilkan di sekitar Gunung Dempo ini merupakan produk yang cukup terkenal dan unggulan. Hal ini dikarenakan posisi tanaman teh berada di lereng timur gunung Dempo, yang menyebabkan teh-teh ini mendapat sinar matahari secara langsung.

Di perkebunan teh ini terdapat beberapa villa penginapan, di antaranya ada Villa Gunung Gare dan Villa Gunung Dempo. Biasanya wisatawan sering menginap di villa-villa ini untuk bisa menikmati rasanya tinggal di sekitar perkebunan teh. Rasanya pasti sangat menyenangkan saat kita bangun pagi karena kita langsung menghirup udara segar dari kawasan hijau kebun teh ini. Pemandangan Gunung Dempo yang tak jauh dari kebun teh menambah indahnya pemandangan yang bisa dinikmati wisatawan.

Yang menarik dari villa penginapan di sekitar area perkebunan teh ini adalah bentuk bangunannya yang unik, yang sering disebut dengan Rumah Baghi. Rumah Baghi atau dibaca Rumah Bari merupakan rumah adat khas suku Besemah, suatu suku adat yang pernah ada di kota Pagaralam pada zaman dahulu. Arsitekturnya berupa rumah panggung, yang menjadi ciri khas rumah-rumah penduduk desa/dusun yang ada di provinsi Sumatera Selatan. Pemerintah kota Pagaralam sengaja memasukkan rumah ini dan memfungsikannya sebagai penginapan sekaligus objek wisata sebagai upaya pelestarian budaya suku Besemah.

Pemandangan kebun teh dan Gunung Dempo Sumber: http://ichi-ln.blogspot.com

Pemandangan kebun teh dan Gunung Dempo
Sumber: http://ichi-ln.blogspot.com

Terkadang eloknya pemandangan alam tak perlu diraih dengan berjalan cukup jauh. Terkadang pula surga dunia itu sebetulnya sudah ada di kampung halaman kita sendiri. Beragam informasi yang telah saya dapatkan semakin menguatkan keinginan saya untuk bertandang ke kota Pagaralam. Tidak sabar rasanya ingin beristirahat di Rumah Baghi sambil memandangi hijaunya hamparan kebun teh di depan mataku sendiri.

Referensi:

  1. http://www.pagaralamkota.go.id/
  2. http://jemepga.blogspot.com/2010/12/kawasan-perkebunan-teh-gunung-dempo.html
  3. https://www.facebook.com/IDdiscovery
  4. http://jalan2.com/city/pagar-alam/perkebunan-teh-pagar-alam/

Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Menulis Artikel “Wisata Indonesia dan Impianku” Bersama Asia Wisata

LOGO-ASIA-WISATA-01

Sorry and Goodbye

Hello, guys. Now I would like to say sorry for every mistake I’ve made. Soon I will strictly limit my activity in any social media account that I have (unless if you’re contacting me for urgent matters). So, again, I’m really sorry for making many errors, intentionally or not. I realize that I can’t impress anyone. Perhaps almost no one likes to befriend me. I’m sorry, but this is me. I can’t fake myself just to impress anyone around me. And I don’t have much time to “take care” of your feelings. Actually, some people should have understood what my real intention is, and that’s not a bad thing. I also fully realize my shortcomings and I hope so that I can fix them.

I thank God for sending many of my beloved ones, such as my family, my beloved man, and the family of my beloved man, who have supported and trusted me in many things. Without them, I’m nothing. I’m not gonna miss this opportunity to make them happy. I believe I can change my life by working hard for my future from this present time. God listens to my dreams. I only want to focus on those who love me sincerely. Again, thank you, sorry, and goodbye.