Random (Just ignore this post!)

I feel extremely lonely now. How I miss the old days, when communication wasn’t bound by technologies.

When life wasn’t only for looking at the screen.

When life wasn’t only for sharing your thought in an empty box.

When life wasn’t only for trying to know someone’s activity (by looking ‘last seen’ in messenger apps) and just ending up broken-hearted. 

I think I want to start being aloof from now. 

Image

 

Source: 9gag

Shalawat: Bentuk Cinta Ilahi kepada Mukmin

Mengutip tulisan dari situs berita IRIB Indonesia, ada artikel yang begitu menarik mengenai shalawat. Bacaan singkat, namun memiliki makna mendalam dan maslahat yang luar biasa. Berikut kutipannya:

Rasulullah saw bersabda: “Pada suatu malam aku diperjalankan untuk mi’raj ke langit, lalu aku melihat malaikat yang mempunyai seribu tangan, dan setiap tangan mempunyai seribu jari-jemari. Malaikat itu menghitung dengan jari-jemarinya, lalu aku bertanya kepada Jibril: Siapakah malaikat itu dan apa yang sedang dihitungnya? Jibril menjawab: Dia adalah malaikat yang ditugaskan untuk menghitung setiap tetesan hujan, ia menghafal setiap tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi.

 Kemudian aku bertanya kepada malaikat itu: Apakah kamu mengetahui berapa tetesan hujan yang diturunkan dari langit ke bumi sejak Allah menciptakan dunia?

Ia menjawab: Ya Rasulullah, demi Allah yang mengutusmu membawa kebenaran kepada makhluk-Nya, aku tidak hanya mengetahui setiap tetesan hujan yang turun dari langit ke bumi, tetapi aku juga mengetahui secara rinci berapa jumlah tetesan hujan yang jatuh di lautan, di daratan, di bangunan, di kebun, di tanah yang bergaram, dan yang jatuh di kuburan. Kemudian Rasulullah saw bersabda: Aku kagum terhadap kemampuan hafalan dan ingatanmu dalam perhitungan itu.

Kemudian malaikat itu berkata: Ya Rasulullah, ada yang tak sanggup aku menghafal dan mengingatnya dengan perhitungan tangan dan jari-jemariku ini.

Rasulullah saw bertanya: Perhitungan apakah itu? Ia menjawab: ketika suatu kaum dari ummatmu menghadiri suatu majlis, lalu namamu disebutkan di majlis itu, kemudian mereka bershalawat kepadamu. Pahala shalawat mereka itulah yang tak sanggup aku menghitungnya.” (Al-Mustadrak Syeikh An-Nuri, jilid 5: 355, hadis ke 72)

Terharu. Siapa yang tidak ingin mendapat kebaikan tak terhingga? Memang, rasanya tak pantas sedetik pun kita berburuk sangka terhadap Allah. Allah begitu Maha Penyayang, tidak pernah ingin manusia terjatuh ke dalam keburukan. Kebaikan memang hanya dari Allah, milik Allah semata. Ketika kasih sayang-Nya begitu besar, apa masih pantas kita berputus asa dari rahmat-Nya?

Classical Music for Me

In these two months, I’ve spent my days listening to some great classical pieces, such as Bach, Dvorak, Faure, Vivaldi, and Beethoven. Too many composers in classical music. Overall, they’ve presented their best works. I almost love all of them. What makes me amazed is the effect of their pieces. This is remarkable. Their music really influences my mind and soul. Relaxing and romantic. I often find that their music has some intentional purposes that they didn’t tell directly in words. Some are very romantic and relaxing. While the other pieces have a great spiritual effect.

I often consider that this genre is a heavenly music. Sometimes the melody makes me remember God. It has something related to sufism, I think. It strengthens my belief to be always in God’s path. To have a faith in God. To never feel hopeless about this transient life. I guess that these composers know about something that people nowadays don’t know. Maybe they couldn’t tell it in words because they’re afraid of intimidation or persecution. Perhaps this could be the reason why they made these classical pieces. They wanted to tell us something. Probably, it’s about life itself. A secret.

I ever posted a symphony titled Slavonic Dance in this blog. That was Dvorak’s piece. That piece is very romantic and light. Dvorak’s gonna be my favorite composer, after Vivaldi. Recommended for you all who seek peace for mind and soul. Have a nice Wednesday eve, everyone!

Rindu, Itu Saja

Jarak sesungguhnya adalah perekat dua sejoli yang ampuh, jika keduanya setia satu sama lain. Jarak adalah penguji perasaan paling baik. Menguji kedewasaan untuk selalu berprasangka baik. Menguji keyakinan bahwa tidak ada satu perbuatan pun yang akan sia-sia, apalagi kebaikan karena ia akan dibalas langsung oleh Tuhan. Menguji keyakinan pula bahwa semua hanya milik-Nya.

Jarak, kian kemari kian mendekatkan. Bara rindu semakin susah dipadamkan. Rindu melihat senyum simpul yang berbentuk segitiga itu. Rindu melihat gelak tawa pelepas gelisah itu. Rindu bersandar pada bahu yang tidak kupedulikan kerasnya seperti apa. Rindu usapan hangat penenang pikiran itu.

Mengapa kau tak di sini saja selamanya? Tahukah kau, jiwaku lelah mencarimu? Jiwaku ingin menyatu dengan jiwamu. Di mana lagi dapat kutemukan pencari-Nya di zaman yang mengerikan seperti ini? Cinta-Nya hanya dapat kutemukan pada jiwa pencari pula. Ayolah, kemari. Kita melebur dalam Tuhan bersama.